Filosofisnya Waktu Syurūq

Nov 24, 2025 8 read
Filosofisnya Waktu Syurūq

Filosofisnya Waktu Syurūq

Syurūq adalah saat ketika matahari mulai terbit dan cahayanya menyentuh bumi secara perlahan.
Bukan terang penuh, bukan gelap, tetapi transisi yang lembut.
Dan justru pada momen inilah hati manusia sering menemukan ketenangan yang sulit dijelaskan dengan kata-kata.

Para ulama menyebut waktu setelah Subuh hingga syurūq sebagai waktu hati paling lembut,
karena pikiran belum terbagi, dunia belum memanggil, dan batin belum kembali terpecah oleh urusan yang menuntut.

Syurūq bukan hanya waktu — ia pendidikan jiwa.


Syurūq sebagai Ruang untuk Menata Diri

Imam Al-Ghazali menulis dalam Ihyā’:

“Hati memiliki waktu ketika ia paling mudah menerima cahaya.
Dan waktu setelah fajar hingga terbitnya matahari adalah waktu hati paling lembut dan paling dekat kepada kejujuran.”

Pada jam ini, seseorang sering lebih jujur pada dirinya sendiri dibandingkan waktu lainnya.
Jika ada kesedihan, ia terasa jelas tapi tidak berat.
Jika ada keinginan, ia muncul tanpa paksaan.

Syurūq adalah ruang untuk menarik napas sebelum hari dimulai.


Hadis tentang Duduk Hingga Syurūq

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Barangsiapa shalat Subuh berjamaah, lalu ia duduk berzikir hingga matahari terbit, kemudian ia shalat dua rakaat (Dhuha), maka ia mendapatkan pahala seperti haji dan umrah.”

(HR. At-Tirmidzi)

Para ulama berkata: Ini bukan tentang menyamai perjalanan fisik haji,
tetapi pahala ketenangan hati yang dicapai.

Dzikir setelah Subuh hingga syurūq adalah dzikir orang yang sedang mencari kekuatan,
bukan yang merasa dirinya sudah kuat.


Gelap Tidak Hilang Seketika

Syurūq mengajarkan bahwa:

  • Ketenangan tidak datang sekaligus.
  • Harapan tumbuh sedikit demi sedikit.
  • Luka tidak sembuh dalam sehari.

Matahari naik pelan.
Demikian juga hati manusia.

Syurūq adalah pesan lembut dari Allah:

“Tidak apa-apa kalau kamu belum kuat sekarang.
Aku mengizinkanmu untuk tumbuh pelan-pelan.”


Penutup

Syurūq bukan hanya pertanda hari dimulai.
Ia adalah momen Tuhan menenangkan hati manusia, terutama hati yang sedang letih, cemas, atau merasa sendiri dalam beban.

Jika kamu merasa berat menjalani hidup,
cobalah duduk sebentar setelah Subuh, tanpa memaksa apa pun.
Biarkan cahaya naik perlahan — biarkan hati ikut menyusul.

Karena Allah tidak menilai asal kita tiba cepat,
tapi bahwa kita tidak berhenti berjalan.

Baca Juga

Filosofisnya Waktu Syurūq

Renungan tentang syurūq sebagai transisi dari gelap menuju terang, waktu ketika hati manusia menjadi paling lembut dan paling mudah menerima ketenangan.

Nov 11, 2025

8 min read

Resah Seorang Ayah

Sebuah renungan sufistik tentang resah, tanggung jawab, dan pengorbanan seorang ayah — dari kisah Nabi Ibrahim hingga ayah Imam Al-Ghazali, yang menunjukkan bahwa cinta sejati sering berwujud dalam diam dan pengorbanan.

Nov 10, 2025

9 min read

Seni Mengenal Diri: Antara Akal, Jiwa, dan Cinta Ilahi

Renungan tentang bagaimana manusia dapat mengenal dirinya melalui keseimbangan antara akal yang berpikir, jiwa yang merasa, dan cinta Ilahi yang menuntun keduanya kembali kepada sumbernya.

Nov 12, 2025

9 min read

ibedes

Tentang Penulis

ibedes adalah seorang digital marketer dan content creator yang senang berbagi pemikiran tentang kehidupan, teknologi, dan pengembangan diri.

Produk yang Mungkin Bantu

View All

Produk yang Mungkin Bantu

Produk yang bisa membantu perjalanan berani memulai hal baru:

Disclosure: Contains affiliate links. I may earn a commission at no extra cost to you.

Bagikan

Biar temanmu juga ikut baca tulisan ini.

Link sudah tersalin!